HUT Brimob 14 November, Mari Simak Lagi Sejarah Terbentuknya Brimob
Peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) Korps Berigade Mobil atau Brimob Polisi Republik Indonesia diperingati setiap tanggal 14 November setiap tahunnya.
Korps Brigade Mobile atau Korps Brimob merupakan satuan elite Polri, kehadirannya bertugas menanggulangi ancaman Keamanan dan Ketertiban Masyarakat (Kamtibmas).
Sebagai pelaksana tugas utama Polri dalam memberantas kejahatan dengan intensitas dan kadar tinggi, Brimob memiliki sejarah panjang dalam membela dan menjaga Indonesia.
Sepanjang perjalanannya, Brimob Polri ikut andil dalam lembaran sejarah perjuangan bangsa, baik dalam memperjuangkan kemerdekaan maupun melawan pemberontak pada masa-masa awal berdirinya Republik Indonesia.
Selain itu, Brimob juga tidak terlepas dari tugas Polri dalam menjaga keamanan dan ketertiban di dalam negeri.
Baca Juga: Mabes Polri Turun Tangan Tangani Petugas Polisi yang Banting Mahasiswa hingga Kejang-kejang
Untuk lebih mengenal Brimob Polri yang tepat pada 14 November 2021 ini berulang tahun ke-76, berikut ini sejarah singkat terkait terbentuknya Brimob saat ini, sebagaimana dilansir ayomalang.com dari laman KORPS BRIMOB POLRI Minggu (14/11/2021).
Sejarah terbentuknya Brimob
Cikal bakal Brimob Polri yang merupakan organisasi bentukan Jepang itu mengalami beberapa kali perubahan nama mulai dari Tokubetsu Kaisatsu Tai, Polisi Istimewa, Mobrig (Mobil Brigade) dan Brimob (Brigade Mobil).
Pada saat itu perannya mulai kelihatan ketika pada tanggal 8 Maret 1942 Belanda menyerah tanpa syarat kepada Jepang.
Baca Juga: Polri Luncurkan Aplikasi e-AVIS Pembuatan SIM Dari Rumah
Serah terima kekuasaan dari Belanda ke Jepang itu dilakukan oleh Gubernur Jenderal Tjarda van Starkenborgh dan Letnan Jenderal Pooten yang merupakan Panglima tertinggi angkatan perang Belanda di Indonesia. Adapun, pihak Jepang diwakili oleh Panglima Tentara Letnan Jenderal Imamura.
Kebaikan Jepang sejak menduduki Indonesia itu, ternyata semata-mata hanyalah merupakan kedok dan tipu daya saja.
Hal itu terbukti setelah dua minggu berada di Indonesia, sifat dan tujuan negara itu sebagai imperialis mulai tampak dengan jelas.
Dengan dalih mempermudah pengambilalihan kekuasaan dan pemerintahan, pemerintah militer Jepang secara berturut-turut mengeluarkan peraturan-peraturan imperialisnya yang melarang semua bentuk kegiatan pergerakan.
Semua organisasi politik dan berbagai organisasi pergerakan yang ada di Indonesia pada saat itu dibekukan dengan alasan untuk menciptakan kestabilan keamanan.
Serah terima kekuasaan dari Belanda ke Jepang itu dilakukan oleh Gubernur Jenderal Tjarda van Starkenborgh dan Letnan Jenderal Pooten yang merupakan Panglima tertinggi angkatan perang Belanda di Indonesia. Adapun, pihak Jepang diwakili oleh Panglima Tentara Letnan Jenderal Imamura.

Kebaikan Jepang sejak menduduki Indonesia itu, ternyata semata-mata hanyalah merupakan kedok dan tipu daya saja. Hal itu terbukti setelah dua minggu berada di Indonesia, sifat dan tujuan negara itu sebagai imperialis mulai tampak dengan jelas.
Dengan dalih mempermudah pengambilalihan kekuasaan dan pemerintahan, pemerintah militer Jepang secara berturut-turut mengeluarkan peraturan-peraturan imperialisnya yang melarang semua bentuk kegiatan pergerakan.
Baca Juga: Suara Ledakan Sempat Terdengar Ditengah Hujan Deras Saat Kebakaran Kilang Pertamina Cilacap
Semua organisasi politik dan berbagai organisasi pergerakan yang ada di Indonesia pada saat itu dibekukan dengan alasan untuk menciptakan kestabilan keamanan.
Dua bulan Jepang menduduki Indonesia, situasi perang Asia Timur Raya mulai berbalik. Keunggulan pasukan Jepang di berbagai fron telah berbalik menjadi kekalahan.
Pada tanggal 7 Mei 1942, armada Jepang di Laut Karang dihancurkan oleh sekutu, dan pada 7 Agustus 1942 pasukan sekutu berhasil menduduki kawasan Kepulauan Salomon di Samudera Pasifik.
Dikarenakan dua kekalahan itu, Jepang kemudian memutuskan untuk mengubah strategi perangnya, dengan memenuhi kebutuhan tenaga bantu militer.
Tokubetsu Keisatsu Tai
Mulai Maret 1943 sampai Desember 1944, Jepang secara intensif membentuk beberapa organisasi semimiliter dan militer di Indonesia, yang di antaranya:
Seinendan (Barisan Pemuda), bertugas membantu pemerintah militer Jepang dalam hal peningkatan produksi maupun pengamanan garis belakang.
Baca Juga: Ahok Bakal Usut Tuntas Penyebab Kebakaran Kilang Minyak Cilacap, Sebab Bukan yang Pertama Kali
Keibodan (Barisan Pemuda Pembantu Polisi), yang berperan dalam memelihara keamanan dan ketertiban daerah setempat.
Heiho (Pembantu Prajurit), yang memiliki tugas untuk membantu tentara Jepang, baik di garis depan maupun belakang.
Peta (Pembela Tanah Air), organisasi militer penuh yang dibentuk atas kehendak bangsa Indonesia, karena pemerintah militer Jepang menghendaki bantuan militer sebanyak-banyaknya dari penduduk Indonesia.
Tokubetsu Keisatsu Tai, tenaga cadangan polisi yang dapat digerakkan dengan cepat dan memiliki mobilitas yang tinggi, serta dapat berperan sebagai tenaga tempur.
Ketika Jepang menyerah kalah kepada sekutu dan Indonesia memproklamasikan kemerdekaan pada 17 Agustus 1945, pada saat itu pula masa penggemblengan Tokubetsu Keisatsu Tai berakhir.
Baca Juga: Hingga Dua Jam Lebih, Pertamina Masih Berupaya Padamkan Kebakaran Kilang Minyak di Cilacap
Bersama dengan rakyat dan berbagai kesatuan lainnya, anggota Tokubetsu Keisatsu Tai bahu-membahu mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia.
Tepat pada tanggal 21 Agustus 1945, Inspektur Polisi Tk. I. Mohammad Jasin, saat berlangsung apel pagi yang diikuti oleh semua anggota Polisi Istimewa dan pegawai lainnya, membacakan teks Proklamasi dari pasukan Polisi Istimewa di Markas Kesatuan Polisi Istimewa.
Pada tanggal 14 November 1946 seluruh kesatuan Polisi Istimewa, Barisan Polisi Istimewa dan Pasukan Polisi Istimewa dilebur menjadi Mobile Brigade (Mobrig) atau sekarang terkenal dengan sebutan Brigade Mobil (Brimob). (**)